Kamis, 18 Maret 2010

Diancam Profit Taking, Indeks Tetap Akan Naik Jum'at, 19 Maret 2010

Walau aksi ambil untung (profit taking) diperkirrakan masih terjadi, indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan akan kembali mengalami penguatan pada perdagangan akhir pekan ini.

"Itu karena modal asing masih akan mengalir," kata analis pasar modal dari Reliance Securities Andrew Sinar Siahaan ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (19/3/2010).

Masuknya dana asing (capital inflow) ini adalah karena pengaruh dari positifnya bursa regional, yang juga sebagai akibat dari keputusan bank sentral AS (The Fed) yang mempertahankan tingkat suku bunganya (Fed rate) di level 0,25 persen.

"Lalu adanya singkroniasai BI rate dengan Fed rate (yang memperlihatkan investasi di Indonesia jadi menguntungkan)." imbuhnya.

Ditambah lagi dengan data pengangguran yang diproyeksikan akan positif juga menjadi vitamin bagi penguatan indeks pada hari ini.

Menurutnya indeks akan berada dalam kisaran support resistance di level 2.700-2.758. Dengan pilihan saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Sementara menurut Trimegah Securities, stochastic yang mulai bergerak turun mengindikasikan aksi ambil untung mulai terjadi. "Hari ini IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 2.700-2.779. Saham pilihan untuk hari ini PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan PT Babnk Mandiri Tbk (BMRI)," jelas Trimegah.

Sebelumnya, IHSG pada perdagangan Kamis (18/3/2010) ditutup terkoreksi 19,02 poin atau setara 0,69 persen ke posisi 2.737,24. Sementara Jakarta Islamic Indeks (JII) turun 3,69 poin ke posisi 437,51 dan indeks LQ45 turun 4,74 poin ke posisi 534,91.

"IHSG tidak mampu melanjutkan penguatannya sehingga ditutup melemah 0,7 persen," kata Trimegah.

Volume perdagangan terpantau sebanyak 6,64 miliar jenis saham senilai Rp5,16 triliun dengan saham yang ditutup menguat 88 jenis saham, melemah 135 jenis saham, dan stagnan 72 jenis saham.

Faktor pelemahan IHSG kali ini pun karena berfluktuatifnya saham-saham eksternal. Di mana hampir semua saham terpantau memerah sehingga mendukung pelemahannya, terkecuali untuk saham di sektor pertambangan, dan properti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar